Korie Khoriah, wisudawan terbaik Fakultas Dakwah dan Komunikasi. (Dok. Pribadi) Skmamanat.com - Korie begitu ia sering disapa, merupaka...
Korie Khoriah, wisudawan terbaik Fakultas Dakwah dan Komunikasi. (Dok. Pribadi) |
Tak hanya itu, pemilik nama lengkap Korie Khoriah itu juga menyandang gelar skripsi terbaik FDK dengan judul "Clickbait dalam Praktik Pemberitaan di Tribunnews.com".
Korie menceritakan, proses perkuliahannya dilalui dengan perjuangan yang tak mudah.
Bapaknya di PHK dari pekerjaan saat Korie semester enam. Ia sempat bingung dan drop.
Selama enam bulan, orang tuanya mengirim uang bulanan yang terkadang tidak seberapa. Ia mencari cara untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengajar les dan menjadi petugas kebersihan saat acara pernikahan di PRPP ketika akhir pekan.
Korie tidak pernah malu, meski sempat ada yang bertanya mengenai pekerjaan akhir pekan yang sering Ia lakukan.
"Karena memang lagi butuh jadi harus berani, yang penting halal dan nggak nyusahin orang lain daripada harus pinjam-pinjam," katanya saat ditemui skmamanat.com.
Mahasiswa asal Cirebon ini juga aktif di organisasi-organisasi kampus seperti LPM Missi, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Walisongo TV, dan organisasi ekstra kampus. Korie bahkan diberi tanggung jawab menjadi Pemimpin Redaksi (Pemred) LPM Missi 2016.
Khorie juga bercerita pengalamannya ketika mengerjakan skripsi yang harus berganti judul hingga tiga kali.
“Prosesnya cukup lama. Sampai memakan waktu dua semester,” jelasnya.
Selain itu, kendala muncul di tengah proses ia mengerjakan skripsinya. Korie hampir tak dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu karena sakit selama dua minggu.
Hal tersebut membuatnya terancam tidak bisa mendaftar ujian munaqosyah.
“Saya merasa mendapat keajaiban dari Allah. Ternyata ada perpanjangan waktu satu hari. Saya langsung mengurus penyelesaian skripsi kepada pembimbing dan mengurus segala persyaratan munaqosyah,” ungkapnya.
Jual motor saat akan wisuda
Menjelang wisuda, kebutuhan Korie sebagai calon wisudawan meningkat. Mulai menyetak skripsi hingga iuran yang harus segera dibayarkan. Ditambah lagi dengan perekonomian keluarga yang sedang membutuhkan uang banyak. Korie harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
"Terus orang tua nanya, kalau motornya dijual gimana?" katanya.
Awalnya Korie sempat tak setuju, lantaran motor tersebut memiliki banyak kenangan. Motor itu telah ia gunakan sejak SMP hingga mengantarkannya kemanapun saat kuliah di UIN Walisongo.
Tak ada piliahan lain, Korie pun akhirnya tetap menjual motor kesayangannya itu.
"Karena memang butuh ya akhirnya dijual," tutur Korie.
Saat ditanya mengenai rencananya setelah lulus, Korie mengaku masih memikirkannya lagi. Ia ingin melanjutkan studi magister, namun untuk universitasnya belum pasti.
"Kalau kuliah lagi nanti inginnya sambil kerja, agar tidak merepotkan orang tua," jelasnya.
Korie berharap apa yang telah dicapai selama masa kuliah dapat bermanfaat di kemudian hari. Ia juga berharap semua mahasiswa bisa selalu menyertakan hati dalam menjalani setiap proses perkuliahan maupun aktifitas yang berhubungan dengan mahasiswa lainnya.
Reporter: Nailin Najjah
Editor: Rima Dian Pramesti
COMMENTS