Lukisan sumber ruhuldymarsaoly.wordpress.com Ziarah batin aku masih ingat ketika kau memintaku untuk dengan tidak sengaja mengingatmu...
Lukisan sumber ruhuldymarsaoly.wordpress.com |
aku masih ingat ketika kau memintaku
untuk dengan tidak sengaja mengingatmu.
tetapi di sisi yang lain,
pohon-pohon, dedahan dan reranting bertumbangan
ia mengendap di lubang jiwa
padahal di dada
lembaran-lembaran kebenaran yang telanjang tergambar begitu nyata.
begitu nyata.
andai sebait saja kau baca,
Ia mungkin serupa titik-titik embun yang jatuh pagi-pagi
menimpa rerumputan, serta daun-daun yang
nanti layu dan gugur. merembes
sampai ke batinmu di puncak kegersangan.
tapi, tentang tuhan dan cinta,
aku ingin apa adanya.
pada malam yang sendiri
sebelum rinai hujan yang terakhir menyentuh tanah dan menyalakan matahari
sepasang mataku mendaki puncak langit
mencari-cari sinaran matamu di tiang lelampu
tetapi ia menerangi dan membawaku pulang ke rumah-rumah kosong dan rompang
tempat kaki-kaki dipasung
dengan seribu karangan bunga.
bila nanti sehabis tamasya engkau pulang,
pulanglah sebagai orang-orang yang cemas dan khawatir dengan keadaan batinmu sendiri.
sebelum akhirnya kita benar-benar pulang,
tanpa denyut nadi.
Sumenep, 2018
Tahu-tahu aku karam di hatimu
kekasih,
aku bukan penyair seribu senja
bukan pelukis seribu ombak
bukan pelaut yang handal
bukan.
aku hanya pelaut muda
di atas gulungan-gulangan ombak yang bergemuruh,
tetapi telah kukenali lesung pipimu
pusaran-pusaran yang bahaya
lingkaran air yang menenggelamkan kapal-kapal
mematahkan laju nelayan berburu ikan-ikan.
pada saat-saat seperti ini, izinkan aku
melayarkan diri menuju dirimu
walaupun hanya dengan satu ciuman.
dan tahu-tahu, aku telah karam
di hatimu.
Sumenep, 2018
Batinku yang rindu hampir sampai kepadamu
batinku yang rindu hampir sampai kepadamu
dirahasiakannya dalam lembar-lembar buku yang
menuliskan kita sebagai pencuri dan saling terpenjara.
jauh di pulau berpagar pohon kelapa
aku teringat engkau,
rumah-rumah tempat cinta membangun sarang
lalu tertidur saat mendengar tembang
lirik-lirik lagumu.
tiada berhala lain yang kupuja.
selain cinta,
syair-syair yang menidurkan, mengalun dari getaran-getaran bibirmu yang anggur.
tidakkah kau lihat, seneina.
ibu selalu datang padaku, mengajari aku
memegang pena
melelehkan sajak-sajak.
batinku yang rindu hampir sampai kepadamu
terimalah ia dengan tanda wajah yang lembut
dan penuh ketenangan,
sebab duka telah kumatikan.
Sumenep, 2018
HASAN TAROWAN, penyair muda kelahiran Sumenep 13 Februari 1995. Masa sekolah dihabiskan di Pondonok Pesantren Mashlahatul Hidayah, Sumenep. Antologi puisi tunggalnya "orang mabuk di negeri mahapetry" (2016) dan antologi bersama "sajak anak negeri" (2017). Aktif di Komunitas Soeket Teki dan pengelola Komunitas Sastra Silang Pertemuan Semarang. Pemilik cita-cita sederhana dan sepele: bangun pagi.
COMMENTS