Berdiskusi: Ketiga narasumber Selapanan Anggoro Manis, dari kiri Anasom, Abu Rokhmad, dan M. Rikza Chamami sedang berdiskusi dalam Ruang...
Skmamanat.com - Lewat forum diskusi Selapanan Anggoro Manis atau Selasa Legi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) mengajak mahasiswa untuk mengagumi dan meneladani Bisri Mustofa lewat tiga karyanya.
Bertempat di Ruang Walisongo Halal Research Center (WHRC) Kampus I, Diskusi itu diikuti oleh Dema, lembaga Intra, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Fakultas maupun Univesitas, Selasa (20/02/18).
Kegiatan rutinan ini diadakan tiap bulan pada Selasa Legi. Hadir sebagai narasumber Abu Rokhmad Wakil Dekan II FISIP yang juga menantu Cholil Bisri, Anasom ketua Pusat Pengkajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ), dan M. Rikza Chamami dosen FITK UIN Walisongo.
Dalam diskusinya Abu Rokhmad menjelaskan, secara hermeutika Tafsir Al- Ibriz sangat sederhana, karena sasaran utamanya masyarakat kampung pada masa itu. Ia juga menuturkan kekagumannya terhadap sosok Bisri, sebagai agamawan yang luar biasa.
"Kiai kuno namun sangat modern, jaman segitu kiai belum ada yang menggunakan jas dan dasi namun beliau sudah mengenakannya," katanya.
Hal senada disampaikan Anasom. Kekaguman kepada Bisri terletak pada respon terhadap kebutuhan masyarakat awam melalui karya-karyanya. Dari kisah Walisongo dalam kitab "Tarikh Auliya", Ia juga mengajak dan memotivasi sivitas akademika untuk kembali mempelajari dan mendalami sejarah. Menurutnya, masih banyak ruang yang harus ditelaaah dan diteliti dalam sejarah keislaman dan budaya.
"Belajar sejarah bukan untuk kembali ke masa lalu, tapi untuk menentukan masa depan," ungkapnya.
Pemateri ketiga, M. Rikza Chamami lewat kitab "Ngudi Susilo" memaparkan, bagaimana anak-anak Islam didorong untuk bisa memiliki cita-cita luhur dengan dengan Ilmu Sains dan Agama. Baginya, mahasiswa UIN Walisongo harus lihai membaca kitab pegon karya ulama terdahulu untuk mempelajari dan mendalami keilmuan yang dianggap luar biasa, agar tidak salah dalam memahami Islam di Nusantara.
"Ternyata UIN masih perlu banyak sentuhan-sentuhan pegon atau manuskrip untuk menunjukkan Walisongonya," ujarnya.
Reporter: Riduwan
Editor: Fajar. B.A
COMMENTS