lukisan: dok. internet pangkal permulaan dari dalam rahimmu nenek moyangku menetas dan semayam, mewakili cinta dan keindahan. di sega...
lukisan: dok. internet |
pangkal permulaan
dari dalam rahimmu nenek moyangku menetas dan semayam,
mewakili cinta dan keindahan.
di segaris bibir pantai, aku ingin mengisinya dengan tunas-tunas jiwaku sendiri
mencabut akar-akar curiga di sepanjang jalan pulang.
aku tak dapat menampung helai-helai pikiranmu yang berupa-rupa
dengan hatiku yang tipis dan peragu, kecuali kegigihan untuk menerima dan
menjaganya dengan segenap kebaikan.
seperti pada saat-saat begini, dari jauh dapat kulihat kilat-kilat tajam
madura, kapal-kapal dan sampan yang berlayar
aku menyaksikan gerakan gelombang yang hebat, ia hitam diaduk-aduk badai
kini padaku triada suatu nilai yang pantas, aku hanya anak-anak yang mudah terkejut
melihat sebab-sebab dua cula tumbuh di kepalamu
ditempa dengan baik oleh banyak musim
tak usah kau bertanya,
“laut siapakah diantara kita yang paling luas dan dalam. Paling jernih dan biru?”
ketika aku memandang ke laut, laut pun memandang ke arahku. Kukatakan padanya, tidakkah kau dengar, laut yang bangkit dari dadaku selalu datang dengan ombak yang membuncah- di kepalaku, aku menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang siap menghujani dirimu.
telah kuterima segala pertanda yang lahir dari kepedihanmu
untuk kubaca. biar pun setiap hal memang harus diwajarkan bagai semula:
jam tidur, percintaan, gaya percakapan, serta degup-degup kehidupan yang begitu-begitu saja. dibatas manakan orang-orang akan berhenti sebentar, lalu pada satu titik permulaan mulai memperhitung rasa nyeri dan ngeri.
meski lamban, aku dapat mempelajari bagaimana sebaiknya mencintai:
aku ingin menjadi badai bagi jiwaku sendiri.
Semarang, 2018
hikayat asap
apa yang dilalap api tanpa maaf? aku melihatnya
menyembul
membara!
ketika api dinyalakan, hanya bisu di suatu ketika:
desa-desa asap, jalan-jalan asap
toko-toko asap, rumah-rumah asap
ruang tamu asap, kamar mandi asap
dapur-dapur asap, percintaan-percintaan asap
kelahiran-kelahiran asap, kehidupan-kehidupan
asap
kematian-kematian asap, pusara-pusara asap
sarapan di meja-meja asap ketika anak-anak
tetangga mati
dibungkus masker.
dibungkus kematian paling terang saat ribuan pohon
tumbang.
Semarang, 2015
HASAN TAROWAN, penyair muda kelahiran Sumenep 13 pebruari 1995. Masa sekolah dihabiskan di Pond. Pest. mashlahatul Hidayah, Sumenep. Antologi puisi tunggalnya "orang mabuk di negeri mahapetry" (2016) dan antologi bersama "sajak anak negeri" (2017). Aktif di komunitas Soeket Teki dan pengelola Komunitas sastra Silang Pertemuan Semarang. Pemilik cita-cita sederhana dan sepele: bangun pagi.
COMMENTS