lukisan pohon: dok. internet/ image pancaroba di antara daun-daun muda yang jatuh dipergantian musim denyut-denyut waktu bekerja, m...
lukisan pohon: dok. internet/ image |
di antara daun-daun muda yang jatuh dipergantian musim
denyut-denyut waktu bekerja,
menghitung angka-angka yang terus tumbuh
berloncatan
pada suatu sore ketika manusia memilih
pulang dan pergi, ia memiliki debar yang sama:
menebak-nebak usianya sendiri, barangkali sebaya dengan daun-daun yang akan
menuai gugur dipenghujung waktu
sementara dua helainya adalah kau dan aku
manusia seperti kita bisa mati kapan saja
tetapi ada sesuatu yang selalu bisa dibangkitkan:
tidur tanpa rasa khawatir dan cintaku yang pernah jadi bara
di hatimu.
2017
aku perempuanmu
“aku perempuanmu,” katamu.
tapi kau merinai lewat bibirnya
di jantung siapa kau berteduh, kasih?
aku perempuanmu.
sebab itu aku akan selalu ada untukmu.
menjadi rumah bagi lelahmu
menjadi ibu bagi anak-anakmu
menjadi penyemangat saat kau ragu
masihkah engkau menganggapnya aneh jika aku
berkata:
“maka jangan sia-siakan diriku, kasih. karena aku
perempuanmu.”
2015
pemecah rindu
hanya denganmu rindu pecah
seperti batu, dilewati lagu-lagu air
lalu tumbuhi semak ingatan wajahmu
dengan itu aku melukis tubuhmu
yang paling telanjang
2015
menjadi satu
barangkali kau takkan pernah benar-benar tau
bila tuhan serupa wajahmu. serupa seluruh rupa manusia
yang memungkinkanku menemuimu
dengan tanpa kau sadari.
2016
HASAN TAROWAN, penyair muda kelahiran Sumenep 13 pebruari 1995. Masa sekolah dihabiskan di Pond. Pest. mashlahatul Hidayah, Sumenep. Antologi puisi tunggalnya "orang mabuk di negeri mahapetry" (2016) dan antologi bersama "sajak anak negeri" (2017). Aktif di komunitas Soeket Teki dan pengelola Komunitas sastra Silang Pertemuan Semarang. Pemilik cita-cita sederhana dan sepele: bangun pagi.
COMMENTS