MENCEKAM : Lurah Dhemit beserta kroni-kroninya sedang mengatur siasat untuk menggagalkan kepala proyek menebang pohon preh. Amanat - P...
MENCEKAM : Lurah Dhemit beserta kroni-kroninya sedang mengatur siasat untuk menggagalkan kepala proyek menebang pohon preh. |
Amanat - Pergesekan gagasan dan perebutan kekuasaan dalam dunia tak ubahnya sebuah kewajiban yang harus terjadi. Keduanya bisa kejam, saling jegal, lawan dan kadang ada pula yang berujung damai demi sebuah kepentingan.
Tak hanya melibatkan manusia. Makhluk dari “dunia lain” pun juga dapat bersengketa dengan manusia. Hingga bisa melahirkan intrik, tipu daya hingga kisah-kisah menggelitik lainnya.
Tema itu menjadi penampilan pembuka yang dipentaskan oleh Komunitas Seni Kampus (KSK) Wadas Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dalam merayakan Hari Lahir (Harlah) Ke-37 di Laboratorium Dakwah (Labda) FDK Universitas Islam Negeri (UIN) Semarang. Rabu, (7/16).
Dasar cerita itu berasal dari naskah Dhemit yang mengambil latar sebuah desa yang akan digusur untuk pembangunan proyek. Awal cerita dimulai saat Rajeg Wesi sebagai kepala proyek mengaku bingung saat mengalami banyak keganjilan ketika proses pengerjaan proyek berlangsung.
Selain para pekerjanya yang tiba-tiba sakit, hilangnya Suli, konsultan proyek membuat Rajeg Wesi kalang kabut. Walhasil ia pun meminta bantuan sesepuh desa untuk mencari Suli. Meski awalnya Rajeg Wesi curiga bahwa hilangnya Suli merupakan akal-akalan dari sesepuh desa.
Namun, nyatanya kecurigaan itu tak terbukti. Karena misteri hilangnya Suli ternyata disebabkan oleh para penghuni pohon preh yang tidak terima akan digusu demi memuluskan rancangan proyek itu.
Para penghuni itu ialah jin pohon preh sebagai lurah para dhemit yang konsistent. Lalu gendruwo, dhemit yang terbuka tapi temperamental. Sedangkan Wilwo dhemit yang berlagak cerdas, Sementara Egrang dhemit yang suka mengeluh, Selanjutnya Sawan dhemit penyebar penyakit, dan terahir Kuntilanak dhemit penggoda yang banyak memancing gelak tawa penonton.
ADEGAN : Rajeg Wesi sinis saat Sesepuh Desa memintanya untuk mengurungkan niatnya menebang pohon preh. |
Masalah jadi ruwet lantaran Rajeg Wesi bersikukuh untuk tetap menebang pohon preh tersebut. Untungnya, sesepuh desa bisa bernegoisasi dengan penghuni pohon itu dan melakukan perjanjian dengan Rajeg Wesi agar tak menebang pohon tersebut, dengan imbalan akan mengembalikan Suli ke dunia nyata.
Cerita seru dan pentas yang menarik, disajikan dengan nilai lokalitas yang tinggi. Pun begitu, dalam pentas itu memiliki himbauan untuk melestarikan alam dan menghormati lingkungan.
Sukron Mubarok, sutradara Dhemit mengatakan, pesan yang ingin di sampaikan dari pementasan itu ialah manusia sebagai makhluk yang berakal janganlah meniru perangai Rajeg Wesi yang tamak.
Ia yang tamak, kata Sukron, selalu menghalalkan segala cara. Meski melanggar semua aturan yang ada, hanya demi keinginannya terwujud. “Sebisa mungkin kita tidak meniru laku hidupnya itu,” kata Sukron.
Terkait pemilihan naskah, ia menjelaskan, naskah tersebut dipilih karena banyaknya pemain yang harus terlibat. Mengingat sekitar 28 aktor harus dilibatkan dalam pementasan tersebut.
Disisi lain, lanjut Sukron, ia mengaku sudah pernah belajar sedikit tentang naskah Dhemit waktu SMA. Hal itu pula yang mendasari pemilihan naskah itu sejak pertama kali ditunjuk sebagai sutradara.
“Naskah ini punya kans lebih untuk dipentaskan,” ujarnya.
Dalam peringatan Harlah itu, juga turut ditampilkan naskah teater Setan Dalam Bahaya dengan sutradara Rohman. Lalu, pemutaran film karya firda berjudul Melu Aku Yok dan film Belum Siap yang di sutradarai oleh Syaikhu Lutfi.
(Wiwid Saktia. N)
COMMENTS