Abdullah Muadz mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Walisongo yang menciptakan aplikasi Sijek. (foto: Amanat/Aulia') Sk...
Abdullah Muadz mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Walisongo yang menciptakan aplikasi Sijek. (foto: Amanat/Aulia') |
Keinginan membuat aplikasi ini, bermula ketika Abdullah gelisah melihat banyaknya ojek daring di sekitar kampus. Ia menginginkan adanya aplikasi ojek yang bisa dikelola oleh mahasiswa UIN Walisongo sendiri.
“Mahasiswa UIN nanti bisa dapat penghasilan tambahan,” katanya saat ditemui skmamanat.com di indekosnya pada, Sabtu (20/01/2018).
Sejak saat itu ia belajar secara otodidak dibantu dua temannya, Nanarismana dan Ilham Fajri Assidiqi untuk membuat aplikasi ini. Sebelum akhirnya dilakukan proses penciptaan.
Ia pun menjelaskan, bagi pengemudi aplikasinya tidak dikenakan sistem bagi hasil, sebagaimana ojek daring yang lain. Ia hanya akan mendapat keuntungan dari biaya iklan yang ada di aplikasinya.
“Saya hanya membuat aplikasi. 100% hasil ojek nanti akan jadi milik pengemudinya sendiri,” kata mahasiswa semester tujuh asal Pati ini.
Abdullah menerapkan tarif Rp 3.000 /1km. Ia mengakui, tarif yang diterapkan memang sedikit di atas ojek daring yang lain. Seperti Grab yang mematok tarif Rp 1.500/ 1km dan Gojek Rp 2.000/1km. Hal itu karena, admin Sijek tidak menerapkan sistem poin untuk pengemudinya.
“Kasihan nanti driver Sijek kalo tarifnya terlalu murah,” terangnya.
Aplikasi ini diluncurkan Abdullah pada 13 Januari 2018. Untuk saat ini, pengemudi Sijek baru terbatas pada teman-teman satu indekos Abdullah. Namun, sejak pertama kali diluncurkan, ia mengatakan telah banyak yang menghubunginya.
Reporter: Aulia’
Editor: Fajar BA
COMMENTS