Margaret Berkisah: Potongan adegan ketika Mata Hari (wanita duduk di kursi) menceritakan kisah hidupnya yang penuh liku, dalam pementasan...
Itulah sepenggal pembuka pertunjukan karya sutradara Theresia Krysty Oktaviolana Melano yang dipentaskan oleh warga Teater Kebon Tebu (TKT) dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yogyakarta di Auditorium I UIN Walisongo Semarang, Kamis (8/9).
Naskah Mata Hari diambil dari kisah nyata seorang perempuan bernama Margaretha Zelle Macleod. Ia adalah seorang perempuan asal Belanda yang menikah dengan seorang perwira berdarah Skotlandia yang di tempatkan di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia I, namun pernikahannya kandas lantaran ia merasa hanya menjadi tempat kemarahan dan seks suaminya saja.
Karir Mata Hari atau Margaret dimulai sejak ia bertemu dengan Gabriel Astruc, seorang agen teater terkenal di Prancis. Dari pertemuan inilah drama percintaan dan karir Margaret dimulai. Sebelum perang dunia I meletus Astruc meminta Margaret untuk pergi meninggalkan Prancis untuk keselamatan Margaret dari skandal.
Dalam suatu kesempatan, kebolehan Margaret menari serta kemudahannya mengakses kepergian ke Jerman selama Perang Dunia I membuatnya mendapat tawaran menjadi agen mata-mata Jerman. Namun nahas, ia dijebak Jordes Ladoks, kepala spionase Prancis. Mata Hari dihukum mati atas tuduhan menjadi agen mata-mata ganda dari Jerman dan Prancis.
Theresia menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dari pementasan itu ialah kebobrokan pemerintahan tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi di Negara lain pun juga demikian.
“Kelalaian pemerintah dalam memilih agen rahasia juga termasuk kebobrokan,” ujar Theresia.
Theresia juga menyampaikan bahwasannya tarian yang dibawakan Mata Hari adalah tarian yang ia lihat pada saat ia tinggal di Indonesia, tari Srimpi tepatnya. Mata Hari hanya melihat tanpa belajar menarikannya.
“Seharusnya iringan yang digunakan adalah iringan tarian Jawa, namun kami pilih Timur Tengah dengan berbagai alasan internal,” tambahnya
Penulis: Wiwid Saktia
COMMENTS