Presiden Joko Widodo dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis al-Saud di beranda Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3/2017). J...
Kedatangan Raja Salman ke Indonesia menyita perhatian masyarakat. Mulai dari jumlah rombangan, fasilitas, hingga jumlah investasi Arab saudi menjadi perbincangan. Salah satu yang mengomentari kedatangan Raja Arab Saudi tersebut adalah Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo, Muhyar Fanani.
Dia mengatakan, dalam politik, kunjung mengunjungi itu hal yang bagus. Tapi, politik itu sarat kepentingan. Maka kita harus tetap melihat kepentingan Saudi terhadap RI dalam peristiwa kunjungan itu.
Saudi, lanjut Muhyar, saat ini sedang defisit anggaran akibat harga minyak turun drastis. Mereka ingin melepaskan ketergantungannya pada minyak dengan merintis bisnis non minyak dengan negara lain.
“Selain itu, Saudi sedang cari dukungan untuk merebut pengaruh di negara asia terutama yg muslim agar bisa menekan pengaruh Iran, musuh bebuyutannya di kawasan Timur Tengah,” kata dia kepada skmamanat.com melalui pesan WhatsApp.
Mantan Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) UIN Walisongo tersebut berharap, agar sikap pemerintah Indonesia dalam menangani hal ini harus tepat.
Muhyar memberi catatan, bahwa Arab Saudi memiliki rekam jejak yang kurang baik dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia. Padahal, itu menjadi agenda penting Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi kita. Sayangnya, Arab Saudi justru menyerang Yaman, mendukung milisi sipil di Suriah, kurang mendukung kemerdekaan Palestina, dan enggan bersikap tegas pada Israel.
“Tapi kita tidak boleh lupa bahwa kita pun punya kepentingan agar Saudi bisa menguntungkan kita dalam hal politik dan ekonomi,” kata Muhyar.
Meski begitu, hubungan bilateral dua negara ini, menurut orang nomor satu di FISIP itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Dalam bidang ekonomi, Indonesia bisa mendapat akses pasokan minyak beserta kilangnya.
“Kita pun bisa mengekspor komoditas yang dibutuhkan oleh Saudi baik dalam hal makanan, bahan mentah, hingga pariwisata,” pungkasnya.
M. Syafiun Najib
COMMENTS