Dua mahasiswa sedang berpangkuan saat di ruang kelas Amanat - Kejadian “pangku-pangkuan” di ruang kelas Fakultas Dakwah dan Komuni...
Dua mahasiswa sedang berpangkuan saat di ruang kelas |
Amanat - Kejadian “pangku-pangkuan” di ruang kelas Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK)
bukan kali pertama terjadi. Hal itu diamini oleh Sita Sika, komting kelas KP-C5 mata
kuliah Public Relation.
Sita Sika mengatakan, fenomena “pangku-pangkuan” terjadi karena
jumlah kursi yang ada di ruang I9 memang
tidak sebanding dengan jumlah mahasiswanya. “Jumlah mahasiswa untuk kelas Public Relation hari Kamis pukul 07.00
pagi adalah 47 mahasiswa, sedangkan kursinya nggak sampai segitu.”
Sita mengungkapkan, fenomena tersebut tidak terjadi kali itu saja. Pada pertemuan
perkuliahan sebelumnya, pada kelas yang sama, juga ada mahasiswa yang harus
dipangku mahasiswa lainnya gara-gara kekurangan kursi.
“Pertemuan kemarin juga sama, ada mahasiswa yang dipangku, dia
enggak kebagian kursi juga,” kata sita.
Bukan hanya di ruang I9, Imas Mutiawati, mahasiswa Jurusan KPI
mengungkapkan, pada semester ini sering mengalami masalah kursi kurang saat kuliah
di ruangan FDK lainnya. Di antaranya, saat
ia mengikuti perkuliahan Event Organizer (EO) di
ruang I1.
“Pas kuliah EO
kemarin juga sama, teman saya harus ambil kursi dari ruangan lain, karena kursi
di I1 kurang,” tutur Imas.
Ironisnya, mahasiswi semester lima itu bahkan mengaku pernah
kuliah dengan duduk lesehan di Ruang Laboratorium Dakwah Lantai 2 (dulu ruangan
gamelan). Dia menceritakan, saat itu ada 3 mahasiswa yang tidak kebagian kursi. Akhirnya, pengampu mata kuliah saat itu, Masturi, mengambil kuputusan agar semua
mahasiswa melipat kursinya masing-masing.
Alhasil, semua mahasiswa pun duduk lesehan dilantai saat mengikuti perkuliahan itu. “Biar semuanya merasakan, ya sudah kita kuliahnya sambil lesehan bareng,” ujar Imas.
M. Syafiun Najib
Alhasil, semua mahasiswa pun duduk lesehan dilantai saat mengikuti perkuliahan itu. “Biar semuanya merasakan, ya sudah kita kuliahnya sambil lesehan bareng,” ujar Imas.
M. Syafiun Najib
COMMENTS